Menteri Abdul Mu’ti Tegaskan Komitmen Indonesia Atasi Anak Tidak Sekolah

Tidak ada anak yang boleh tertinggal dari pendidikan. Ini bukan sekadar kebijakan, tapi kewajiban moral.
by Juni 19, 2025
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Abdul Mu’ti, saat menyampaikan pidato pada ASEAN Ministers of Education Roundtable di Langkawi, Malaysia, Kamis (19/6/2025). Ia menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk mengatasi tantangan Anak Tidak Sekolah (ATS) di kawasan ASEAN.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mewakili Indonesia dalam forum ASEAN Ministers of Education Roundtable yang digelar di Langkawi, Malaysia, Kamis (19/6). Pertemuan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Malaysia selaku pemegang keketuaan ASEAN 2025 ini mengangkat isu krusial mengenai Anak Tidak Sekolah (ATS) yang masih menjadi tantangan bersama di kawasan Asia Tenggara.

Menteri Pendidikan Malaysia, Fadhlina Sidek, dalam pembukaan forum menekankan pentingnya merumuskan strategi bersama guna mengatasi fenomena Out-of-School Children and Youth (OOSCY). Ia berharap pertemuan ini menghasilkan kesepakatan bersama berupa Joint Ministerial Statement on OOSCY – Accelerating Innovative Strategies, sebagai bentuk akselerasi regional dalam menyelesaikan persoalan pendidikan lintas negara.

Mewakili Indonesia, Abdul Mu’ti menyambut baik inisiatif tersebut dan menegaskan komitmen Indonesia terhadap pemenuhan hak pendidikan bagi seluruh warga negara, sesuai amanat konstitusi dan sejalan dengan kerangka global seperti Deklarasi HAM ASEAN 2012.

“Situasi global ini menjadi panggilan kuat bagi kita untuk bertindak. Di wilayah ASEAN, kondisi tersebut merupakan titik balik untuk merefleksikan solusi mendalam berbasis data dan menempuh langkah nyata,” ujar Mu’ti.

Ia memaparkan bahwa strategi Indonesia dalam mengatasi ATS sudah mulai berjalan secara terstruktur, termasuk penerapan wajib belajar 13 tahun yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025–2045.

“Upaya ini kami dorong dengan penguatan data. Kami telah meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan data pendidikan yang terintegrasi dengan informasi sosial ekonomi untuk menargetkan penerima Program Indonesia Pintar, yang pada tahun 2024 mendukung lebih dari 18,8 juta siswa untuk melanjutkan pendidikan mereka,” jelasnya.

Menyesuaikan diri dengan transformasi digital, Kemendikdasmen turut mengembangkan aplikasi “Rumah Pendidikan” yang bisa diakses secara daring maupun luring untuk memperluas akses pendidikan.

“Berbagai upaya tersebut menjadi wujud komitmen kami dalam memperluas akses dan pemerataan layanan pendidikan”, ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya perluasan layanan nonformal untuk menjangkau anak-anak jalanan, pekerja anak, serta mereka yang terdampak pernikahan dini dan kerentanan sosial lainnya.

“Indonesia juga memiliki inisiatif seperti Sekolah Rakyat dan program kesetaraan pendidikan bagi pelajar di luar usia sekolah tradisional. Ini adalah bukti bahwa kami ingin semua anak, dari latar belakang mana pun, tetap mendapatkan haknya untuk belajar,” katanya.

Komitmen ini tidak hanya berlaku untuk anak-anak di dalam negeri, melainkan juga mereka yang berada di luar negeri.

“Indonesia secara berkesinambungan memperluas pembelajaran jarak jauh dan membuka program sekolah di dalam negeri untuk memastikan lokasi geografis tidak menghalangi akses ke pendidikan,” tegasnya.

Mu’ti melihat Rencana Strategis Pasca-2025 ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) sebagai kerangka penting untuk memperkuat kerja sama kawasan. Semua langkah ini, katanya, sejalan dengan Visi Komunitas ASEAN 2045 yang membayangkan komunitas yang damai, inklusif, dan memberdayakan semua warga negara.

“Memastikan tidak ada anak yang tertinggal adalah kewajiban kebijakan dan kewajiban moral,” ujar Mu’ti.

Menjelang akhir forum, ia mengajak semua negara ASEAN untuk memperkuat kemitraan lintas batas, memobilisasi sumber daya bersama, dan memanfaatkan teknologi untuk menciptakan sistem pendidikan yang tangguh.

“Indonesia tetap berkomitmen penuh dan berharap dapat bekerja sama dengan semua negara ASEAN untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal,” katanya.

Ia pun menegaskan pentingnya kolaborasi antar negara dalam menjawab tantangan pendidikan, terutama di wilayah perbatasan dan komunitas marginal.

“Mengatasi tantangan ini menuntut upaya terkoordinasi, lintas sektoral. Kita perlu memperkuat dan meningkatkan kemitraan kita dengan mitra ASEAN, yang kolaborasi dan keahlian bersama meningkatkan kapasitas regional dan tekad kolektif kita dalam memajukan pendidikan bagi semua, termasuk untuk mengatasi OOSCY,” ucapnya.

Menutup pidatonya, Abdul Mu’ti menyampaikan ajakan kepada seluruh menteri pendidikan ASEAN untuk bersatu dalam langkah konkret.

“Saya dengan hangat menyerukan kepada sesama Menteri untuk mengambil tindakan berani dan bersatu untuk mengatasi OOSCY. Bersama-sama, mari kita memperkuat sistem data, memperluas jalur pembelajaran yang fleksibel, dan berinvestasi dalam pengembangan guru dan kurikulum inovatif,” pungkasnya. (yn)

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Don't Miss