Founder Komunitas Afirmasi Rasa, Muhammad Rizki Al Mubarak menyebut, peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 tahun 2025 sebagai momentum perjuangan baru bagi generasi muda untuk menumbuhkan kesadaran tentang kemanusiaan, lingkungan, dan identitas.
“Sumpah Pemuda bukan sekadar upacara mengenang masa lalu, tapi momentum untuk melihat sejauh mana semangat itu masih hidup di generasi sekarang. Dulu para pemuda bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan, sekarang tugas kita adalah memperjuangkan kesadaran tentang kemanusiaan, lingkungan, dan identitas,” ujar Rizki kepada redaksi Perspektif Space, Rabu (29/10/2025).
Suara anak muda tidak hanya bisa disampaikan lewat orasi, tetapi juga melalui visual dan narasi yang jujur untuk menyatukan rasa, pikiran, dan kepedulian.
“Kami mencoba menghadirkan ruang refleksi, bahwa suara anak muda tidak hanya bisa disampaikan lewat orasi, tapi juga lewat karya visual dan narasi yang jujur. Kami melihat film dan karya audio-visual sebagai cara baru untuk meneruskan semangat persatuan, menyatukan rasa, pikiran, dan kepedulian lintas latar dan wilayah,” jelas Rizki, yang sedang kuliah jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
Komunitas Afirmasi Rasa yang digerakkan oleh sutradara muda kelahiran 11 Januari 2005 ini aktif memproduksi karya dengan dampak sosial melalui film dokumenter bertema kemanusiaan dan pendidikan.
Salah satunya, film dokumenter berjudul “Terpapar Ketakutan” rilis 1 Juli 2024 yang lalu, mengangkat isu perundungan (bullying) di lingkungan pendidikan.
“Film ini tidak berhenti di layar. Kami bawa berkeliling dalam bentuk roadshow ke sepuluh titik di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, melalui ruang pertemuan seperti kampus, sekolah, dan berbagai komunitas lokal,” ungkapnya.
Dari kegiatan itu, Rizki mengaku banyak belajar bahwa film bisa menjadi jembatan untuk membangun dialog dan kesadaran bersama.
Tidak berhenti di sana, satu bulan yang lalu Afirmasi Rasa juga merilis film pendek “01:05 WITA”, yang berangkat dari dokumentasi aksi Hari Buruh di Palangka Raya.
“Melalui film ini, kami ingin menunjukkan bahwa keberpihakan dan empati sosial juga bisa tumbuh lewat karya kreatif. Bagi kami, peran pemuda tidak hanya tentang berbicara perubahan, tapi juga menciptakan ruang di mana perubahan itu bisa dimulai,” tegasnya.
Mengenai harapan, Rizki dan komunitasnya berharap semakin banyak ruang kolaborasi terbuka bagi generasi muda, terutama di bidang kreatif dan sosial.
“Harapannya semakin banyak ruang kolaborasi yang terbuka bagi pemuda, khususnya di Palangka Raya. Afirmasi Rasa ingin terus menjadi wadah bagi anak muda yang ingin meluapkan keresahan dan kepedulian terhadap isu sosial serta lingkungan melalui karya visual,” tuturnya.
Target ke depan, Rizki berkeinginan memperluas jangkauan gerakan komunitasnya, tidak hanya dalam produksi film, tetapi juga dalam membangun ekosistem sinema daerah yang kuat.
“Melalui karya, semangat Sumpah Pemuda tetap menyala dalam setiap langkah kecil yang membawa perubahan. Karena menjadi pemuda berarti berani menciptakan makna, salah satunya lewat karya yang berakar pada realitas dan rasa”, tutupnya. (Ahaf/yn)
